Jangan Jadikan Ibumu Sebagai Pengemis

         

Sebuah kisah perjalanan hidup seorang ibu dengan putra kesayangannya, yang dilahirkan  dari keluarga miskin, sang ibu berjuang  sendirian untuk membesarkan anak kesayangannya  selepas kepergian suaminya meninggalkan dunia yang fana ini lewat sebuah tragedi bencana alam yang tidak bisa di lupakan bagi keluarga ini. Bencana longsor menimbun habis seisi rumahnya beserta suaminya, yang membuat lokasi longsor tersebut sebagai kuburan abadi bagi suaminya, dikarenakan pencarian terhadap suaminya yang tertimbun longsor tidak membuahkan hasil, untugnya dia selamat bersama putra kecil yang masih berusia 7 bulan. Alkisah perjalanan hidupnya setelah bencana itu berlangsung dia terus membanting tulang demi sesuap nasi untuk anaknya dan demi masa depan putranya. 

          Sang ibu berharap suatu saat nanti putra nya bisa jadi orang sukses, yang penuh dengan kemewahan dan ketenaran, berbakti dan taat beribadah. Harapan yang disertai doa dan perjuangan ibu ini tidak sia-sia yang pada akhirnya dia mampu membawa anak nya pada jenjang kehidupan yang di impikannya. Tapi suatu ketika disaat sang ibu yang sudah di ambang batas kemampuan untuk beraktifitas, dia sudah tidak kuat lagi untuk memenuhi kebutuhan materinya sendiri, dengan rasa penuh malu dan harap dia memberanikan diri untuk  meminjam uang kepada anaknya yang telah mapan.

 Dengan suara rendah disertai rasa malu ibu berkata :

" Nak, bolehkah ibu meminjam uang 100 ribu,? Ibu ada perlu buat beli beras.".

Anaknya tidak langsung menjawab, dengan raut muka datar ia berkata:

" Iya Bu, nanti Aku tanya istriku dulu", seakan berat untuk mengiyakan, karena belum tentu isterinya mengiyakan...

Ketika Sang Anak masuk ke dalam rumah ia melihat dus susu anaknya masih ada bandrol harga Rp 50.000, kemudian dia merenung. Jika 1 dus habis 1 hari x 30 hari x 2 th = 36 juta....!!!!. Dia berfikir, waktu balita dia hanya diberikan ASI oleh ibunya, harganya tak terhingga, super steril, diberikan dengan penuh kasih sayang....
Jika didapat oleh seorang anak selama 2 tahun berapa yang harus ia bayar?? Kemudian ia berbalik dan menatap wajah ibunya yang teduh walau telah dimakan usia.

Dirimu telah memberikan semua kasih sayang, harta dan semuanya kepadaku tanpa pamrih, dan semua itu kuterima dgn GRATIS..Maafkan anakmu ini yang tidak tahu balas budi..

Segera ia memeluk ibunya dan mengecup keningnya dan bersimpuh di kaki ibundanya dan memberi uang Rp 3 j.
          Sambil menangis ia berkata:

"Ibu,................. jangan pernah ada kata pinjam lagi untuk setiap kekayaan yang kumiliki, hartaku adalah juga milikmu, do'akan anakmu ini agar selalu berbakti padamu ....ibu......".
tanpamu....ibu....... aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini, aku takkan berada di posisi ini jika tanpa kasih sayang dan belayanmu ibu.....

ibu.......sekali lagi maafkanlah anakmu......


Sambil berkaca-kaca ada air bening di pelupuk mata ibu  berkata:

"Nak,....... di setiap keadaan ibu selalu berdo'a agar kita semua selalu dikumpulkan di dunia dan di SURGA nanti dalam kebahagian........
di setiap langkah kehidupanmu tak luput dari doa  ibu untukmu nak.........
di saat kecilmu ibu berharap kamu jadi  anak yang baik tapi di saat kamu sudah berkeluarga ibu berharap kamu jadilah kepala keluarga yang baik demi anak dan istrimu......
  
       Nah seperti itulah sebuah kisah membuat mata hati terbuka akan jasa ibu yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan dan mendidik kita sampai di detik ini. Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita singkat ini adalah jangan pernah sekalipun anda jadikan ibumu sebagaipengemis disaat dia sedikit berharaptentang apa yang kita miliki saat ini, karena dia tidakpernah pamrih tentang apa yang telah dia korbankan demi membesarkan kita.
Semoga Bermanfaat. Jangan biarkan bacaan bermakna ini mengendap hanya di Anda, jadikan ladang pahala dengan berbagi ke orang lain..bagi PARA ISTRI ingatlah bahwa rizki dari suamimu adalah juga hak mertuamu. Dan juga perlakukanlah ibu mertua seperti ibu kandung sendiri......
Semoga bermanfa'at bagi kita semua....Aamiin