KORELASI
A.1 Mengenal Korelasi
A.1 Mengenal Korelasi
Apa sebenarnya korelasi itu? Korelasi merupakan
teknik analisis yang termasuk dalam
salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada
sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik
pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang,
yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Pengukuran
asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau
kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika
perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi
pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala
tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman
dan Kendal menggunakan skala ordinal. Kuat lemah hubungan diukur menggunakan
jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian
hipotesis dua arah (two tailed).
Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya
jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi
disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah
suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika
koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat
hubungan antara dua variabel tersebut. Jika
koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan
(slope) positif. Sebaliknya. jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka
hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear
sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Dalam korelasi sempurna tidak
diperlukan lagi pengujian hipotesis mengenai signifikansi antar variabel yang
dikorelasikan, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna.
Artinya variabel X mempunyai hubungan sangat kuat dengan variabel Y. Jika
korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut.
A.2 Kegunaan Korelasi
Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength) dan arah hubungan hubungan
antar dua variabel atau lebih. Contoh: mengukur hubungan antara variabel:
1) Motivasi kerja dengan produktivitas;
2)Kualitas layanan dengan kepuasan pelangga;
3)Tingkat inflasi dengan IHSG
1) Motivasi kerja dengan produktivitas;
2)Kualitas layanan dengan kepuasan pelangga;
3)Tingkat inflasi dengan IHSG
Pengukuran ini hubungan antara dua variabel untuk
masing-masing kasus akan menghasilkan keputusan, diantaranya:
a) Hubungan kedua variabel tidak ada;
b) Hubungan kedua variabel lemah;
c) Hubungan kedua variabel cukup kuat;
d) Hubungan kedua variabel kuat; dan
e) Hubungan kedua variabel sangat kuat.
Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1, maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan semakin lemah
a) Hubungan kedua variabel tidak ada;
b) Hubungan kedua variabel lemah;
c) Hubungan kedua variabel cukup kuat;
d) Hubungan kedua variabel kuat; dan
e) Hubungan kedua variabel sangat kuat.
Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1, maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan semakin lemah
A.3 Konsep Linieritas dan Korelasi
Terdapat hubungan erat antara pengertian korelasi dan
linieritas. Korelasi Pearson, misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan
linier dalam dua variabel. Sekalipun demikian jika asumsi normalitas salah maka
nilai korelasi tidak akan memadai untuk membuktikan adanya hubungan linieritas.
Linieritas artinya asumsi adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara
variabel. Linearitas antara dua variabel dapat dinilai melalui observasi scatterplots bivariat. Jika kedua
variabel berdistribusi normal dan behubungan secara linier, maka scatterplot berbentuk oval; jika tidak
berdistribusi normal scatterplot tidak berbentuk oval.
Dalam praktinya kadang data yang digunakan akan
menghasilkan korelasi tinggi tetapi hubungan tidak linier; atau sebaliknya
korelasi rendah tetapi hubungan linier. Dengan demikian agar linieritas
hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus mempunyai distribusi normal.
Dengan kata lain, koefesien korelasi hanya merupakan statistik ringkasan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk memeriksa data secara
individual.
A.4 Asumsi – Asumsi Dalam Korelasi
Asumsi – asumsi dasar korelasi diantaranya ialah: Kedua
variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing
variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada
istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Data untuk kedua variabel
berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal artinya data yang
distribusinya simetris sempurna. Jika
digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel.
A.5 Karakteristik Korelasi
Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik
diantaranya:
Kisaran Korelasi: Kisaran (range) korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat
positif dan dapat pula negatif.
Korelasi Sama Dengan Nol: Korelasi sama dengan 0
mempunyai arti tidak ada hubungan antara dua variabel.
Korelasi Sama Dengan Satu: Korelasi sama dengan + 1
artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis
lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X
naik, maka Y juga naik.
Korelasi sama dengan minus satu: artinya kedua
variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif.
Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun
dan berlaku sebaliknya.
A.6 Pengertian Koefesien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik
kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi
berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka
nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif,
maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X
tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Untuk
memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
·
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
·
>0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
·
>0,25 – 0,5: Korelasi cukup
·
>0,5 – 0,75: Korelasi kuat
·
>0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat
·
1: Korelasi sempurna
A.7 Signifikansi / Probabilitas / Alpha
Apa sebenarnya signifikansi itu? Dalam bahasa Inggris
umum, kata, "significant"
mempunyai makna penting; sedang dalam pengertian statistik kata tersebut mempunyai
makna “benar” tidak didasarkan secara kebetulan. Hasil riset dapat benar tapi
tidak penting. Signifikansi / probabilitas / α memberikan gambaran mengenai bagaimana
hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita memilih
signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset
nanti mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%.
99% itu disebut tingkat kepentingan (confidence
interval); sedang 1% disebut toleransi kesalahan.
Secara umum
kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan 0,1. Pertimbangan
penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan
oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa
tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan kita untuk memperoleh
kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar
0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi
sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data
(sample) yang akan digunakan dalam riset. Semakin kecil angka signifikansi,
maka ukuran sample akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka
signifikansi, maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka
signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sample yang besar. Untuk
pengujian dalam IBM SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
·
Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05,
maka hubungan kedua variabel signifikan.
·
Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05,
maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
A.8 Membuat Interpretasi Dalam Korelasi
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi,
meliputi:
1. melihat kekuatan hubungan dua variabel;
2. melihat signifikansi hubungan;
3. melihat arah hubungan.
1. melihat kekuatan hubungan dua variabel;
2. melihat signifikansi hubungan;
3. melihat arah hubungan.
Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara
dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil
perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
a) Jika angka koefesien korelasi
menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan;
b) Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat;
c) Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah; d) Jika angka koefesien
korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna
positif;
e)Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna
negatif.
Interpretasi berikutnya melihat signifikansi hubungan
dua variabel dengan didasarkan pada angka signifikansi yang dihasilkan dari
penghitungan dengan ketentuan sebagaimana sudah dibahas di atas. Interpretasi
ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau
tidak.
Interpretasi ketiga melihat arah korelasi. Dalam
korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Pada IBM SPSS
hal ini ditandai dengan pesan two tailed.
Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah.
Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah.
Dalam kasus, misalnya hubungan antara kepuasan pelanggan
dan loyalitas sebesar 0,86 dengan angka signifikansi sebesar 0 akan mempunyai
makna bahwa hubungan antara variabel
kepuasan pelanggan dan loyalitas sangat kuat, signifikan dan searah. Sebaliknya
dalam kasus hubungan antara variabel harga dengan minat beli sebesar -0,86,
dengan angka signifikansi sebesar 0;
maka hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah.
A.9 Menguji Hipotesis Dalam Korelasi
Pengujian hipotesis uintuk korelasi digunakan uji T.
Rumusnya sebagai berikut:
Pengambilan
keputusan menggunakan angka pembanding t
tabel dengan kriteria sebagai berikut:
·
Jika t
hitung > t table H0 ditolak; H1 diterima
·
Jika t
hitung < t table H0 diterima; H1 ditolak
Kriteria ini
hanya berlaku untuk nilai t hitung yang positif (+).
Contoh:
Hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Hipotesis
berbunyi sbb:
H0: Tidak ada
hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
H1: Ada
hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Sebagai
contoh hasil t hitung sebesar 3,6 . T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of
freedom: n-2, dan n = 30 diketemukan sebesar: 2,048.
Didasarkan ketentuan di atas, maka t hitung 3,6 > t table 2,048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Didasarkan ketentuan di atas, maka t hitung 3,6 > t table 2,048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Cara
pengujian berikutnya ialah menggunakan kurva. Penggunaan kurva bermanfaat
sekali jika nilai t hitung negatif
(-). Jika nilai t hitung negatif (-) maka pengujian dilakukan disisi kiri;
sedang nilai t hitung positif (+),maka pengujian dilakukan disisi kanan. Kurva
pengujian akan seperti dibawah ini:
Untuk
melakukan pengujian hipotesis dilakukan disisi kiri kurva jika t hitung
diketemukan negative (-). Bilangan negatif t tidak bermakna minus (hitungan)
tetapi mempunyai makna bahwa pengujian hipotesis dilakukan di sisi kiri. Caranya ialah sebagai contoh hasil t hitung
sebesar -3,6 . T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of freedom: n-2, dan n = 30 diketemukan
sebesar: 2,048. Letakkan
nilai-nilai tersebut di kurva seperti di bawah ini:
Kurva di atas
menunjukkan bahwa t hitung jatuh di area H0 ditolak; dengan demikian H1
diterima. Oleh karena itu kesimpulannya ialah ada hubungan antara kepuasan
kerja dengan loyalitas pegawai.
Jika nilai t
hitung positif (+),maka pengujian dilakukan disisi kanan. Kurva pengujian akan
seperti dibawah ini:
Sebagai
contoh hasil t hitung sebesar 3,6 . T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of
freedom: n-2, dan n = 30 diketemukan sebesar: 2,048. Letakkan nilai-nilai tersebut di kurva
seperti di bawah ini:
Kurva di atas
menunjukkan bahwa t hitung jatuh di area H0 ditolak; dengan demikian H1
diterima. Oleh karena itu kesimpulannya ialah ada hubungan antara kepuasan
kerja dengan loyalitas pegawai.
Disamping
menggunakan cara diatas, cara ketiga ialah menggunakan angka signifikansi.
Caranya sebagai berikut:
Hipotesis
berbunyi sbb:
H0: Tidak ada
hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
H1: Ada
hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Sebagai
contoh angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0,03. Bandingkan dengan
angka signifikansi sebesar 0,05.
Keputusan menggunakan kriteria sbb:
Keputusan menggunakan kriteria sbb:
Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka
H0 ditolak.
Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka
H0 diterima
Didasarkan
ketentuan diatas maka signifikansi hitung sebesar 0,03 < 0,05, maka H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya Ada
hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai.
Dalam IBM SPSS
pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi. Oleh karena itu
dalam contoh analisis pada bab berikutnya akan hanya menggunakan angka
signifikansi.
A.10 Perbedaan Dasar Antara Korelasi dan Kausalitas
Ada perbedaan mendasar antara korelasi dan
kausalitas. Jika kedua variabel dikatakan berkorelasi, maka kita tergoda untuk
mengatakan bahwa variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain atau dengan
kata lain terdapat hubungan kausalitas. Kenyataannya belum tentu. Hubungan
kausalitas terjadi jika variabel X mempengaruhi Y. Jika kedua variabel
diperlakukan secara simetris (nilai pengukuran tetap sama seandainya peranan
variabel-variabel tersebut ditukar) maka
meski kedua variabel berkorelasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan
kausalitas. Dengan demikian, jika terdapat dua variabel yang berkorelasi, tidak
harus terdapat hubungan kausalitas.
Terdapat dictum yang mengatakan “correlation does not imply causation”. Artinya korelasi tidak dapat
digunakan secara valid untuk melihat
adanya hubungan kausalitas dalam variabel-variabel. Dalam korelasi
aspek-aspek yang melandasi terdapatnya hubungan antar variabel mungkin tidak
diketahui atau tidak langsung. Oleh karena itu dengan menetapkan korelasi dalam
hubungannya dengan variabel-variabel yang diteliti tidak akan memberikan
persyaratan yang memadai untuk menetapkan hubungan kausalitas kedalam
variabel-variabel tersebut. Sekalipun
demikian bukan berarti bahwa korelasi tidak dapat digunakan sebagai indikasi
adanya hubungan kausalitas antar variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai
salah satu bukti adanya kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi
tidak dapat memberikan indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang itu
terjadi dalam variabel-variabel yang diteliti, misalnya model recursive, dimana X mempengaruhi Y atau non-recursive, misalnya X mempengaruhi Y
dan Y mempengaruhi X. Dengan untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak
dapat begitu saja dilihat dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya
menggunakan model-model yang lebih tepat, misalnya regresi, analisis jalur atau
structural equation modeling.
A.11 Kisaran Korelasi
Kisaran (range)
korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif dan dapat pula negatif.
Korelasi Sama
Dengan Nol
Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada
hubungan antara dua variabel. Jika dilihat dari sebaran data, maka gambarnya
akan seperti terlihat di bawah ini:
Gambar 4.1 Korelasi dimana r = 0
Korelasi Sama
Dengan Satu
Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi
sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik
seperti pada gambar yang tertera di bawah ini:
Gambar
4.2 Korelasi dimana r = + 1
Korelasi Sama
Dengan Minus Satu
Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi
sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun dan
sebaliknya seperti pada gambar yang tertera di bawah ini:Gambar 4.3 Korelasi dimana r = - 1
A.12 Korelasi Pearson
A.12.1 Pengertian
Korelasi Pearson Product Moment, yang merupakan
pengukuran parametrik, akan menghasilkan
koefesien korelasi yang berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan linier
antara dua variable. Jika hubungan dua variable tidak linier, maka koefesien
korelasi Pearson tersebut tidak mencerminkan kekuatan hubungan dua variable
yang sedang diteliti; meski kedua variable mempunyai hubungan kuat. Simbol
untuk korelasi Pearson adalah "p" jika diukur
dalam populasi dan "r" jika diukur dalam
sampel. Korelasi Pearson mempunyai jarak antara -1 sampai dengan + 1.
Jika koefesien korelasi adalah -1, maka kedua variable yang diteliti mempunyai
hubungan linier sempurna negatif. Jika koefesien korelasi adalah +1, maka kedua
variable yang diteliti mempunyai hubungan linier sempurna positif. Jika koefesien
korelasi menunjukkan angka 0, maka tidak terdapat hubungan antara dua variable
yang dikaji. Jika hubungan dua variable linier sempurna, maka sebaran data tersebut akan membentuk garis lurus.
Sekalipun demikian pada kenyataannya kita akan sulit menemukan data yang dapat
membentuk garis linier sempurna.
Data yang digunakan dalam Korelasi Pearson sebaiknya
memenuhi persyaratan, diantaranya ialah: a) Berskala interval / rasio, b)
Variabel X dan Y harus bersifat independen satu dengan lainnya, c) Variabel
harus kuantitatif simetris. Asumsi dalam Korelasi Pearson, diantaranya ialah:
a) Terdapat hubungan linier antara X dan Y, b)Data berdistribusi normal, c)
Variabel X dan Y simetris. Variabel X tidak berfungsi sebagai variabel
bebas dan Y sebagai variable tergantung,
d)Sampling representative, c)Varian kedua variable sama.
A.12.2 Prosedur Korelasi Pearson
Pada kasus ini kita akan melihat hubungan antara
variabel jumlah kunjungan ke titik layanan penyelenggara telpon selular X
dengan tingkat kepuasan. Untuk melihat hubungan tersebut kita membuat
langkah-langkah seperti di bawah ini:
Pertama: siapkan data
Kedua: membuat desain variabelnya
Ketiga : memasukkan data mulai nomor 1 sampai 11 seperti di bawah ini
Keempat: melakukan prosedur analisis seperti di bawah
ini:
·
Analyse>Correlate>Pilih sub menu Bivariate
·
Pindahkan variablel kunjungan dan kepuasan ke
kolom Variable
·
Correlation Coefficient: pilih Pearson
·
Test of Significance: pilih Two Tailed > Cek Flag
significant correlation
·
Option: Missing Values, pilihan: Exclude cases
pairwise, tekan Continue
·
Klik Ok
Setelah diproses, maka keluaran (output) hasil
analisis sebagai berikut:
Kelima: membuat interpretasi
Cara
melakukan interpretasi sebagai berikut:
Pertama:
Melihat kekuatan hubungan antara variable produk dan penjualan. Angka
didapatkan dengan membuat tabulasi silang antara Produk dan Penjualan seperti
di bawah ini:
Dari
table di atas, terlihat angka koefesien korelasi Pearson sebesar .881**.
Artinya besar korelasi antara variable jumlah kunjungan dan tingkat kepuasan
ialah sebesar 0,881 atau sangat kuat karena mendekati angka 1. Tanda dua
bintang (**) artinya korelasi signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01
dan mempunyai kemungkinan dua arah (2-tailed). (Catatan: Jika tidak ada tanda dua
bintang, maka secara otomatis signifikansinya sebesar 0,05)
Kedua:
Melihat signifikansi hubungan kedua variable.
Angkanya ialah sebagai berikut:
Didasarkan pada kriteria yang ada Hubungan kedua variable signifikan karena
angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,001. (Jika tidak ada tanda dua bintang, maka secara
otomatis signifikansinya sebesar 0,05). Hubungan kedua variable mempunyai dua
arah (2-tailed), yaitu dapat searah dan tidak searah.
Ketiga:
Melihat arah korelasi antara dua variable. Arah korelasi dilihat dari angka
koefesien korelasi hasilnya positif atau negatif. Karena angka koefesien
korelasi hasilnya positif, yaitu 0,881; maka korelasi kedua variable bersifat
searah. Maksudnya jika nilai jumlah kunjungan tinggi, maka nilai tingkat
kepuasan akan tinggi pula.
Kesimpulannya:
Korelasi antara variable jumlah kunjungan dan tingkat kepuasan sangat kuat,
signifikan dan searah.
A.13 Korelasi Spearman
A.13.1 Pengertian
Korelasi Spearman merupakan pengukuran
non-parametrik. Koefesien korelasi ini mempuyai simbol r (rho). Pengukuran dengan menggunakan
koefesien korelasi Spearman digunakan untuk menilai adanya seberapa baik fungsi
monotonik (suatu fungsi yang sesuai perintah) arbitrer digunakan untuk menggambarkan hubungan dua
variabel dengan tanpa membuat asumsi distribusi frekuensi dari
variabel-variabel yang diteliti. Nilai koefesien korelasi dan kriteria
penilaian kekuatan hubungan dua variabel sama dengan yang digunakan dalam
korelasi Pearson. Penghitungan dilakukan dengan cara yang sama dengan korelasi
Pearson, perbedaan terletak pada pengubahan data kedalam bentuk ranking sebelum
dihitung koefesien korelasinya. Itulah sebabnya korelasi ini disebut sebagai
Korelasi Rank Spearman.
A.13.2 Syarat dan Asumsi Penggunaan Korelasi Rank Spearman
Data yang digunakan untuk korelasi Spearman harus
berskala ordinal. Berbeda dengan Korelasi Pearson, Korelasi Spearman tidak
memerlukan asumsi adanya hubungan linier dalam variable-variabel yang diukur dan tidak perlu menggunakan data
berskala interval, tetapi cukup dengan menggunakan data berskala ordinal.
Asumsi yang digunakan dalam korelasi ini ialah
tingkatan (rank) berikutnya harus menunjukkan posisi jarak yang sama
pada variable-variabel yang diukur. Jika menggunakan skala Likert, maka jarak
skala yang digunakan harus sama. Juga, data tidak harus berdistribusi normal.
A.13.3 Prosedur Korelasi Spearman
Pada kasus ini kita akan melihat hubungan antara
variabel sikap terhadap pekerjaan dengan kinerja. Untuk melihat hubungan
tersebut kita membuat langkah-langkah seperti di bawah ini:
Pertama: siapkan data
Kedua: membuat desain variabelnya
* Berilah Values dengan ketentuan sebagai berikut:
sikap sangat negatif beri kode 1, negatif beri kode 2, netral beri kode 3,
positif beri kode 4 dan sangat positif beri kode 5
** Berilah Values dengan ketentuan sebagai berikut:
sikap sangat rendah beri kode 1, rendah beri kode 2, cukup beri kode 3, tinggi
beri kode 4 dan sangat tinggi beri kode 5
Ketiga : memasukkan data mulai nomor 1 sampai 30
seperti di bawah ini
Keempat: melakukan prosedur analisis seperti di bawah
ini:
·
Analyse>Correlate>Pilih sub menu Bivariate
·
Pindahkan variablel sikap dan kinerja ke kolom Variable
·
Correlation Coefficient: pilih Spearman
·
Test of Significance: pilih Two Tailed > Cek Flag
significant correlation
·
Option: Missing Values, pilihan: Exclude cases
pairwise, tekan Continue > Klik Ok
Setelah diproses, maka keluaran (output) hasil
analisis sebagai berikut:
Kelima: menginterpretasi hasil
Cara
melakukan interpretasi sebagai berikut:
Pertama:
Melihat kekuatan hubungan antara variable sikap terhadap pekerjaan dengan kinerja
pegawai. Angka didapatkan dengan membuat tabulasi silang antara kedua variabel
tersebut seperti di bawah ini:
Dari
table di atas, terlihat angka koefesien korelasi Spearman sebesar .329. Artinya
besar korelasi antara variable variable sikap terhadap pekerjaan dengan kinerja
pegawai ialah sebesar 0,329 atau cukup kuat. Korelasi mempunyai kemungkinan dua
arah (2-tailed).
Kedua:
Melihat signifikansi hubungan kedua variable. Angkanya ialah sebagai berikut:
Didasarkan pada kriteria yang ada hubungan kedua variable tidak signifikan
karena angka signifikansi sebesar 0,076 > 0,05. (Jika tidak ada tanda dua
bintang, maka secara otomatis signifikansinya sebesar 0,05). Hubungan kedua
variable mempunyai dua arah (2-tailed), yaitu dapat searah dan tidak searah.
Ketiga:
Melihat arah korelasi antara dua variable. Arah korelasi dilihat dari angka
koefesien korelasi hasilnya positif atau negatif. Karena angka koefesien
korelasi hasilnya positif, yaitu 0,329; maka korelasi kedua variable bersifat
searah. Maksudnya jika sikap terhadap pekerjaan positif (4), maka kinerja akan
tinggi (4).
Kesimpulannya:
Korelasi antara variable variable sikap terhadap pekerjaan dengan kinerja
pegawai cukup kuat, tidak signifikan dan searah.
A.14 Korelasi Kendall’s Tau
A.14.1 Pengertian
Korelasi Kendall’s Tau digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan dua variabel. Korelasi ini sama dengan Korelasi Sperman yang
dikategorikan sebagai statistik non-parametrik. Data yang digunakan berskala
ordinal dan tidak harus berdistribusi normal.
A.14.2 Prosedur Korelasi Kendall’s Tau
Pada kasus ini kita akan melihat hubungan antara
variabel sikap terhadap pekerjaan dengan kinerja. Untuk melihat hubungan
tersebut kita membuat langkah-langkah seperti di bawah ini:
Pertama: siapkan data
Kedua: membuat desain variabelnya
Ketiga : memasukkan data mulai nomor 1 sampai 30 seperti di bawah ini
Keempat: melakukan analisis dengan prosedur sebagai
berikut:
·
Analyse>Correlate>Pilih sub menu Bivariate
·
Pindahkan variablel harga dan membeli ke kolom Variable
·
Correlation Coefficient: pilih Kendall’s Tau
·
Test of Significance: pilih Two Tailed > Cek Flag
significant correlation
·
Option: Missing Values, pilihan: Exclude cases
pairwise, tekan Continue
·
Klik Ok
Setelah diproses, maka keluaran (output) hasil
analisis sebagai berikut
Dari
table di atas, terlihat angka koefesien korelasi Pearson sebesar .459**.
Artinya besar korelasi antara variable jumlah kunjungan dan tingkat kepuasan
ialah sebesar 0,459 atau cukup kuat. Tanda dua bintang (**) artinya korelasi
signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01 dan mempunyai kemungkinan dua
arah (2-tailed). (Catatan: Jika tidak ada tanda dua bintang, maka secara
otomatis signifikansinya sebesar 0,05)
Kedua:
Melihat signifikansi hubungan kedua variable.
Angkanya ialah sebagai berikut:
Didasarkan pada kriteria yang ada Hubungan kedua variable signifikan karena angka
signifikansi sebesar 0,006 < 0,001. (Jika tidak ada tanda dua bintang, maka secara
otomatis signifikansinya sebesar 0,05). Hubungan kedua variable mempunyai dua
arah (2-tailed), yaitu dapat searah dan tidak searah.
Ketiga:
Melihat arah korelasi antara dua variable. Arah korelasi dilihat dari angka
koefesien korelasi hasilnya positif atau negatif. Karena angka koefesien
korelasi hasilnya positif, yaitu 0,459; maka korelasi kedua variable bersifat
searah. Maksudnya jika sikap terhadap harga tinggi, maka keputusan membeli akan
tinggi pula.
Kesimpulannya:
Korelasi antara variable sikap terhadap harga dan keputusan membeli cukup kuat,
signifikan dan searah.
A.15 Korelasi Parsial
A.15.1 Pengertian
Korelasi partial merupakan korelasi antara dua
variabel ketika pengaruh dari satu atau lebih variabel yang berhubungan yang
berperan sebagai variabel ketiga dikendalikan atau diparsialkan. Tujuannya
ialah untuk memperoleh varian unik dalam hubungan antara kedua variabel yang
dikorelasikan dan menghilangkan varian variabel ketiga yang dapat berpengaruh terhadap
hubungan kedua variabel tersebut. Variabel yang diteliti harus kontinus dan
berskala interval. Hubungan antar variabel bersifat linier dan data harus
berdistribusi normal. Korelasi partial hanya digunakan jika variabel ketiga
mempunyai keterkaitan dengan salah satu variabel yang kita korelasikan.
A.15.2 Prosedur Korelasi Parsial
Pada kasus ini kita akan melihat hubungan antara
variabel kunjungan terhadap titik layanan pada penyelenggara telepon selular X
dengan tingkat kepuasan saat mendapatkan layanan dengan mengontrol variabel
tanggapan yang diberikan oleh pihak pegawai titik layanan. Untuk melihat
hubungan tersebut kita membuat langkah-langkah seperti di bawah ini:
Pertama: siapkan data
Kedua: membuat desain variabelnya
Ketiga : memasukkan data mulai nomor 1 sampai 11 seperti di bawah ini
Keempat: melakukan analisis dengan prosedur sebagai
berikut:
Untuk melakukan analisis lakukankanlah
langkah-langkah sebagai berikut:
·
Analyse > Correlate >Partial
·
Pindahkan variabel kunjungan dan kepuasan ke kolom Variable
·
Pindahkan variabel tanggapan ke kolom Controlling For
·
Test of Significance: pilih Two Tailed
·
Option: Statistics pilih Zero Order Correlation
dan pada Missing Values, pilih Exclude cases pairwise, tekan Continue
·
Klik Ok untuk diproses
Kelima: membuat interpretasi
Interpretasi hasil korelasi partial dapat dilakukan
dengan menggunakan angka-angka pada tabel di bawah ini
Korelasi antara variabel jumlah kunjungan dan tingkat
kepuasan sebesar – 0,641. Artinya kedua variabel mempunyai hubungan yang kuat
tetapi tidak searah. Tidak searah maksudnya jika jumlah kunjungan ke titik
layanan yang digunakan oleh pihak penyelenggara untuk menampung keluhan –
keluhan pelanggan tinggi, maka tingkat kepuasan terhadap layanan akan menjadi
rendah. Variabel ketiga tanggapan pelanggan jika tidak dikendalikan akan
berpengaruh terhadap hubungan kedua variabel tersebut karena signifikansi
menunjukkan sebesar 0,046 < 0,05. Artinya kehadiran variabel ketiga bersifat
signifikan oleh karena itu harus kita kendalikan; karena tingkat kepuasan tidak
hanya berhubungan dengan jumlah kunjungan tetapi juga berhubungan dengan
bagaimana pegawai memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan yang datang
ke titik layanan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar